News Ticker

Indonesia Menduduki Posisi ke-5 Sebagai Eksportir Sepatu di Dunia

By Admin - Rabu, 08 Mei 2019

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat industri alas kaki Indonesia sukses menduduki posisi ke-5 sebagai eksportir di dunia setelah Tiongkok, India, Vietnam, dan Brasil. Dengan peringkat ini, produk alas kaki Indonesia mendapat 4,4 prosen pasar dunia.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Kemenperin Gati Wibawanigsih menjelaskan berdasarkan information Trade Map, pertumbuhan ekspor industri ini condong meningkat. Nilai ekspor alas kaki pada 2015 sebesar US$ 4,85 miliar, kemudian naik 3,3 prosen jadi US$ 5,01 miliar (sekitar Rp 66 triliun) pada tahun lalu.

Peningkatan kinerja ekspor alas kaki Indonesia melebihi pertumbuhan nilai ekspor dunia yang hanya 0,19 persen. "Hal ini memperlihatkan bahwa produk alas kaki di dalam negeri memiliki kekuatan saing di atas umumnya dunia,” katanya melalui siaran pers Kementerian Perindustrian, Minggu (21/5).

Selain itu, sumbangan pada produk domestik bruto (PDB) grup industri ini terhitung menunjukan kenaikan, berasal dari Rp 31,44 triliun pada tahun 2015 jadi Rp 35,14 triliun tahun lalu. Dengan demikian, industri alas kaki menyumbang lebih kurang 0,28 prosen pada penerimaan negara.

Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kemenperin E Ratna Utarianingrum mengungkap pertumbuhan industri alas kaki didorong oleh pertumbuhan tren fashion dunia yang melesat. Dia optimistis industri alas kaki nasional akan konsisten tumbuh ke depannya.

Kemenperin menargetkan pangsa pasar alas kaki nasional dapat menyumbang 10 prosen pasar dunia pada 2020. "Kami optimis dapat tercapai dikarenakan seiring dengan bertambahnya penduduk, maka semakin tinggi kebutuhan sepatu," katanya.

Ratna mengakui tetap tersedia sejumlah tantangan untuk mengejar tujuan tersebut. Salah satunya mengenai pasokan bahan baku kulit mentah yang belum lumayan untuk menunjang industri penyamakan kulit di di dalam negeri. Pasokan domestik hanya dapat memenuhi lebih kurang 36 prosen berasal dari keseluruhan kapasitas industri penyamakan kulit.

Selain itu kualitas bahan baku kulit di dalam negeri yang belum konsisten. Selain itu, prosedur karantina untuk kulit dan pembatasan asal negara impor yang tetap banyak kendala. Belum lagi tingginya ketergantungan impor bahan baku, bahan penolong dan aksesoris.

Sebagai pemberian pemerintah, Kemenperin menambahkan fasilitas pendampingan dan restrukturisasi mesin kepada industri. Selain itu, kementerian terhitung menyusun program pendidikan vokasi industri untuk menciptakan tenaga kerja yang kompeten. “Kami sudah berkerja mirip dengan perusahaan alas kaki dan garmen untuk menyiapkan tenaga kerja trampil yang dapat langsung terserap oleh dunia industri,” katanya.

Sekedar informasi, industri alas kaki nasional lebih banyak dihasilkan oleh industri besar dan menengah baik berasal dari faktor nilai maupun di dalam jumlah produksi. Untuk sebaran industri kecil dan mikro alas kaki di seluruh Indonesia, sebanyak 82 prosen berada di provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Konsentrasi sektor tersebut di lokasi Jawa Barat, meliputi Bogor, Bandung, dan Tasikmalaya. Sedangkan, Jawa Timur, berada di Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, dan Magetan.